Pangeran itu Sudah Siap
Meskipun Musa bertumbuh dewasa di istana Firaun dan dibesarkan untuk menjadi kandidat selanjutnya dari tahta Firaun, saya yakin dia melihat semua ini bersamaan dengan Tuhan yang mempersiapkan dia untuk memimpin umatNya Israel. Ibunya mungkin juga merencanakan hal itu.
Seiring berlalunya tahun demi tahun, dan Musa melihat penindasan atas kaum sebangsanya dari jendela istana, dia pelan-pelan menjadi tidak sabar. Sampai akhirnya dia bertindak dan membunuh seorang mandor Mesir, lalu lari ke tanah Midian.
Sementara di Mesir untuk sekian lama umatNya menderita dan penolong masa depan mereka sedang menggembalakan domba di seberang padang gurun. Tapi Tuhan tidak menunda. Dia tidak menghentikan. Dia tidak gelisah dan terburu-buru.
Akhirnya, saat Musa sudah cukup rendah hati dan siap untuk digunakan sebagai alatNya, Tuhan mengirim kembali pangeran tua berusia 80 tahun itu ke Mesir. Tapi apakah Anda melihat apa yang terjadi dalam kisah ini? Judulnya tidak akan menjadi "Seorang pangeran memimpin orang-orang untuk merebut kekuasaan", atau "Seorang pangeran memimpin pemberontakan", atau "Seorang pangeran mengambil alih tahta Firaun". Tidak, itu tidak akan menjadi tentang Musa. Bagaimana dengan "Tuhan secara ajaib membebaskan umatNya"?
Mimpi Tentang Kebesaran
Tuhan berbicara kepada Yusuf yang masih bocah melalui mimpinya. Dalam mimpi ini, Yusuf adalah seorang pemimpin besar, saudara-saudaranya dan bahkan pemimpin-pemimpin dunia bersujud di hadapannya. Sebuah hal yang menggiurkan untuk seorang remaja bukan? Dan itu membuat saudara-saudaranya tidak senang. Tapi Yusuf tahu bahwa Tuhan memanggilnya ke posisi yang khusus. Posisi yang mempunyai pengaruh dan kuasa.
Itulah sebabnya mungkin mengapa Yusuf tertegun dan shock saat dia menemukan dirinya di dasar sumur, berdoa memohon saudara-saudaranya agar tidak membunuhnya. Atau saat dia menemukan dirinya dijual sebagai budak ke negeri yang asing. Atau saat dia dimasukkan ke penjara atas tuduhan pemerkosaan.
Sepertinya tidak ada sedikitpun dari mimpi itu yang tergenapi. Kelihatannya malah Tuhan tidak sedang mengerjakan rencanaNya sama sekali...
Tapi Tuhan benar-benar sedang mngerjakan rencanaNya. Dan Yusuf, sementara dia tidak tahu banyak, dia hanya tahu bahwa dia hanya bisa mempercayai Tuhan. Itulah yang akhirnya membawa dia pada penggenapan mimpinya.
Berlari untuk Menjadi Raja
Seorang nabi datang ke rumahnya, mengurapi dia dengan minyak, dan berbisik di telinganya, "Kamu akan menjadi Raja Israel yang berikutnya." Tapi kemudian dia kembali ke ladang tempat dia menggembalakan kambing domba, kembali menjadi anak dan saudara yang terlupakan, kembali pada keadaan yang tidak terlalu jelas.
Daud diurapi sebagai raja saat dia masih remaja, tapi dia harus menunggu selama 14 tahun untuk duduk di tahta sebagai raja. Dan 14 tahun itu adalah tahun-tahun yang berat. Dia adalah Raja Israel berikutnya, tapi ada pria berkuasa ini, Saul, yang menginginkan kematian Daud.
Jika Anda membaca Mazmur, Anda bisa mengalami kebingungan Daud. Dia menggaruk-garuk kepalanya dan bertanya-tanya, "Mengapa Tuhan mengijinkan Saul berbuat seperti ini? Mengapa Tuhan tidak langsung menyingkirkan Saul dari jalan ini?"
Tapi sama seperti Musa dan Yusuf, Daud harus belajar untuk mempercayai Tuhan. Dan menunggu adalah mempercayai. David harus menjadi rendah hati terlebih dahulu untuk memimpin umat Tuhan.
Apakah Anda melihat polanya di sini? Tuhan seringkali memberikan orang-orangNya mimpi, keinginan, panggilan, dan lalu meletakkan mereka dalam masa "menunggu". Dalam masa penantian inilah dimana keberanian dan karakter Anda yang sesungguhnya ditempa. Ini adalah sebuah masa ketidakpastian dimana hidup Anda berpindah ke sebuah dimensi yang baru. Anda belajar bagaimana untuk mempercayai Tuhan. Anda belajar bergantung pada Tuhan. Anda belajar apa yang penting dan apa yang tidak penting. Jadi jika Anda seperti saya dan Anda benci untuk menunggu, ketahuilah bahwa menunggu itu berarti mempercayai...